watch sexy videos at nza-vids!
sukavagina

Koleksi Foto Vagina Wanita dari Yang Perawan Sampai Vagina Dower Tak Virgin

Gambar Vagina Imut Telanjang Indo (IGO) Asia Jepang Korea Arab India Amerika dan seluruh Dunia.

Tags: cerita mesum

Akibat Suamiku Lemah Syahwat-1

Akibat Suamiku Lemah Syahwat-1

Dia amat setia dan patuh pada keluargaku. Pengabdiannya pada keluargaku kalau dihitung sudah memasuki tahun yang ke 30 tahun.Dulunya ia diasuh oleh kakekku karena orangtuanya yang merupakan keturunan pendatang dari Pulau Nias. Keluarganya tergolong miskin dan hanya mengerjakan sawah dan kebun kami di kampung. Lalu setelah dewasa dan menikah dia diajak oleh ayahku yang telah mempunyai beberapa usaha dagang dan kontraktor. Dan selama itu sampai ia memiliki anak dan dewasa semua dia tetap kerja pada keluargaku.

Sekarang usianya sudah menginjak 59 tahun,lebih tua 4 tahun dari usia ayahku. Ia juga telah memiliki tiga orang anak dan semuanya telah bekeluarga. Anaknya yang paling kecil pun seusia denganku 28 tahun. Anaknya itu ikut suaminya yang bekerja sebagai seorang guru di propinsi tetangga. Selama ia ikut dengan keluargaku,ia telah dianggap sebagai saudara angkat oleh ayah ibuku,mereka menempati rumah permanent yang berada di halaman belakang rumah kami.Dan disanalah mereka membesarkan anak-anaknya hingga dewasa.

Dulu selalu aku ingat jika kesekolah kami selalu bersama sama diantar sopir,karena ayahku memasukkan kami pada sekolah yang sama.Hingga sampai lanjutan atas. Dan karena kemampuan akademis dan juga kesempatan yang aku peroleh,maka aku berhasil menempuh ke perguruan tinggi idamanku sedangkan ,anaknya masuk akademi saja. Aku dan kedua kakakku juga telah mengganggap mereka adalah orangtuaku juga.Jika kedua orang tuaku keluar kota atau berkunjung ke daerah,maka yang menjaga kami adalah mereka.Orang tuaku selalu menjaga perasaan mereka dan anak-anaknya. Semua kebutuhan hidup dan sekolah anak-anaknya telah di tanggung orangtuaku,makanya mereka amat suka bekerja dgn keluargaku.

Begitu juga hingga dalam menikahkan anak mereka. Semuanya telah di tanggung ayahku. Aku dan kedua saudaraku juga sudah berumah tangga,kebetulan aku adalah anak paling bontot alias bungsu.Abangku yang pertama sekarang bekerja di Jakarta dan telah dikaruniai dua orang anak yang lucu-lucu. Sedangkan kakak keduaku yang kebetulan wanita juga telah menikah dan menetap di pulau dewata ikut suaminya.Abangku tidak mau melanjutkan usaha ayahku karena ia lebih suka menjadi tenaga medis yang memang banyak dibutuhkan tenaga dan pikirannya.Jadi akulah yang di beri tanggung jawab oleh orang tuaku untuk melanjutkan usaha yang sudah dirintis bertahun tahun oleh ayahku.Sayang sekali jika usaha yang mereka bangun ini akan sia sia,itulah permintaan ayahku disaat aku telah menamatkan S2ku dibidang management.

Namaku Rianti Savitri, biasa dipanggil Riri. Usiaku saat ini sudah menginjak 28 tahun.Aku baru saja menikah setahun yang lalu dengan seorang pria yang dengan gigih menaklukan hatiku.Namanya Ardiansyah biasa dipanggil Ardi. Dia bekerja di pemerintahan dan berstatus PNS.Jadi sebagai kepala keluarga ia amat bertanggung jawab dan melindungi aku.Makanya tidak salah aku menerima cintanya karena kegigihannya dan kedewasaan sikapnya.Lagi pula dari sekian banyak teman laki-laki yang aku kenal dan berusaha dekat dengan aku hanya Bang Ardilah yang sangat gigih dan dewasa,tidak seperti pemuda-pemuda lain yang amat memamerkan kekayaan orangtua dan jual tampang .Padahal semua itu aku tidak peduli,sebab aku tidak memandang harta mereka,lagi pula aku juga tidak kekurangan harta sebab aku sudah terbiasa menjadi orang biasa saja karena didikan orangtuaku,meski mereka amat berada. Lagipula bang Ardi juga tidak terlihat sikap sombong atau status keluarganya.Dia orangnya biasa saja padahal ia adalah putra seorang mantan pejabat yang amat disegani di daerahku.Namun semua itu tidak tercermin dalam sikapnya.Ia amat sederhana dalam kesehariannya. Dengan tidak terlalu bertele-tele seperti kebiasaan yang diatur adat kami dari Minang ,maka kamipun menikah.Kedua keluarga kami amat bahagia,terlihat dari raut wajah ayah dan ibu juga mertuaku.Dan selesai acara pernikahan itu,maka malamnya pun kami tidak melewatkan saat saat yang biasa dilakukan pasangan lain yang telah menikah.Padahal saat itu aku masih merasa capai karena melakukan prosesi siang tadi,namun demi membahagiakan suami dan melaksanakan kewajiban sebagai seorang istri maka akupun menurut saja. Dimalam pertama itu,pun untuk pertama kalinya dalam hidupku aku sekamar dengan seorang laki-laki lain.Ia adalah suamiku.Sebelumnya aku mandi air panas agar tubuhku segar dan untuk menghapus segala make up juga pernak pernik yang menempel di sekujur tubuhku.Begitu juga dengan suamiku ia mandi juga,setelah berpakaian tidur barulah kami beranjak ke ranjang pengantin kami.Dengan hati yang berdebar debar aku menerima perlakuan Bang Ardi padaku.Awalnya ia ciumi kening,lalu..kedua pipiku,lalu bibirku.Aku menurut saja saat itu.Maklumlah aku sedang melaksanakan kewajibanku sebagai istri.Kemudian jari-jariku ia ciumi,aku sempat menutupkan mata menunggu saat saat yang amat mendebarkan ini.Tidak lama kemudian iapun mulai melepaskan baju tidurku satu persatu hingga yang tersisa hanya bra dan celana dalamku saja.Syukurlah malam itu lampu kamar itu telah di setel meredup.Jadi rasa grogi dan takutku tidak terlalu terlihat bang Ardi.Bang Ardipun terus dengan tindakannya karena memang itu adalah haknya pada tubuhku.Ia akan mengambil haknya sebagai suamiku malam itu. Dengan nafas yang berdebar debar aku menunggu apa yang akan ia perbuat padaku. Ciuman dan rabaannya pada wilayah sensitif di tubuhku seakan menjadi cambuk untuk terus menaikkan gairahku.Memang selama ini aku belum pernah merasakan yang namanya telanjang atau raba rabaan dengan laki-laki lain. Selama pacaranpun aku hanya pernah di cium pipi dan genggam tangan saja.Malam itu aku pasrah, aku tidak kuasa untuk membalasnya,aku kuatir nanti di bilang agresif oleh suamiku,padahal ini adalah malam pertama kami.Aku ingin memberikan hal yang terbaik padanya. Selama ia meraba dan merangsangi aku,membuat tubuhku panas dingin,bulu-bulu roma di tengkuk dan tanganku seakan berdiri semua, pori-poriku merinding, perasaan malu,nikmat dan gairah datang silih berganti.Hingga akhirnya bra dan celana dalamku lepas meninggalkan tubuhku dan terlempar ke lantai kamarku.Keringat dingin mulai membasahi tubuhku dan tubuh bang Ardi.Yang terdengar hanya lenguhan dan rintihan aku malam itu. Kain sprei sudah kusut disana sini karena gerakan tubuh aku dan suamiku.Saat itu aku hanya sempat meremas kain sprey saja juga terkadang rambut suamiku disaat ia menjilati belahan payudaraku,juga memilinnya dengan mulutnya.Ia seakan sama persis seperti bayi yang ingin menyusu pada ibunya.Namun aku sudah amat kewalahan.Sampai2 aku merasakan ada rasa basah di celah kewanitaanku.Lalu Bang Ardi terus melakukannya dengan intens menurun kearah perutku yang basah oleh keringat. Sedangkan kedua tangannya tetap terus meremas kedua payudaraku. Tanpa aku duga suamiku menuju kearah kewanitaanku dan dengan kedua tangannya ia buka kedua pahaku.Aku menduga saat itu ia akan melakukan coitus .Namun aku salah kira.Ia lalu menjilat liang kewanitaanku.Aku kaget dan merapatkan kembali pahaku.Aku sempat melarangnya.Sebab bagiku itu amat menjijikan. Namun ia bilang padaku bahwa itulah saat-saat seorang suami ingin membahagiakan istrinya katanya..Aku tetap berusaha agar ia jgn sampai melakukan itu, sebab aku amat menghormatinya sebagai suami,namun ia tetap tidak mau menuruti kata-kataku. Akhirnya dengan persaan malu,takut dan aku tidak tahu mau bilang apa,ia lalu menjilati liangku setelah sebelumnya ia telah membuka kedua pahaku kembali.Beberapa saat ia memasukan lidahnya dan menghirup liang kewanitaanku.Aku serasa terbang kelangit.Rasa geli,nikmat,dan rasa ada yang akan keluar membuatku menghentak hentak dan merapatkan pahaku yang aku saat itu masih ada kepala suamiku di sana.Dan tanpa bisa aku cegah lagi aku orgasme.Di celah kewanitaanku mengalir air cintaku ,namun suamiku tidak berhenti ia tetap disana.Dan yang membuat aku merasa amat salut dan takhluk padanya adalah ia menghirupnya dan menelannya hingga tandas.Aku tidak kuasa melarangnya,sebab saat itu tubuhku seakan lemas,dan tak ada bobot lagi untuk menggerakkan badanku.Dan itulah yang pertama kali selama hidupku aku merasakan orgasme untuk yang pertama kalinya oleh suamiku.Ada berjuta juta rasa yang keluar dari tubuhku saat itu, jika mengingat orgasme yang aku alami ini.Pantas saja semua pasangan ingin selalu melakukan hal ini jika bersama pasangannya.Dan alangkah indah rasanya. Saat itu aku seakan terlambat,kenapa tidak dari dulu-dulu aku menikah, jika rasanya seperti saat ini.Padahal saat itu suamiku belum melakukan coitus pada kewanitaanku.Begitu saja sudah membuatku menggelepar gelepar apalagi jika coitus telah terjadi. Sensasi yang aku rasakan seolah membuatku kehausan,lalu aku minta izinnya untuk beristirahat sebentar.Suamiku mengizinkan dan ia juga merasakan haus.Lalu ia mengambil air minum yang tersedia di meja kecil dekat kaca riasku.Lalu ia bantu aku meneguk air minum,air itu aku minum sampai tandas,hingga kemudian suamiku menambah air lagi lalu meminumnya sendiri.Aku lihat didada masih banyak keringat.Hingga akupun mengelapnya dengan handuk kecil yang tersedia didekat pintu kamar mandi di kamar aku ini.Sedangkan saat itu aku masih bertelanjang bulat dan hanya menutupi tubuh putih mulusku dengan kain selimut yang ada di ranjangku.Padahal suamiku masih mengenakan celana dalam.Ia belum melepas celana dalamnya.Masih sempat aku lihat kemaluannya yang belum bereaksi.Biasanya dari buku yang aku baca selama ini,kalau laki-laki yang sedang atau akan melakukan hub sex pasti kemaluannya akan tegang atau berdiri namun aku tidak melihat kepunyaan bang Ardi seperti itu. Aku lalu kembali ke ranjang dan menarik tangan suamiku untuk naik ke ranjang kembali.Iapun menurut,lalu ia masuk kedalam selimut yang aku pakai menutupi tubuh telanjangku.Dengan naluri kelelakiannya iapun meraba raba titik titik sensitive di tubuhku.Aku saat itu,tahu akan keinginannya yaitu melakukan coitus.Aku kembali bergairah.Ini terasa saat ada lelehan lendir di liang kewanitaanku,juga payudaraku kembali mengeras oleh rabaan dan pilinan jari jari suamiku.Aku kembali mendesis dan melenguh.Lalu ia buka kedua kakiku,saat itu aku merasakan kemaluan suamiku mulai tegak karena gesekan dengan kulit pahaku.Akupun menurut dengan isyaratnya yang membuka pahaku.Suamiku lalu memposisikan kedua kakinya diantara pahaku yang terbuka.Ia lalu mengarahkan kemaluannya yang aku rasa saat itu mulai mengeras,liang sanggamaku.Aku menurut dan hanya memicingkan mataku.Mataku mulai berair,ada rasa sedih,juga rasa pengabdian pada suami yang beberapa saat lagi akan merubah statusku yang perawan menjadi seorang istri yang berbakti pada suami. Lelehan air mataku mulai membasahi pipiku dan bercampur keringat karena gairah nafsu yang mulai datang. Perlahan suamiku mulai meretas jalan bagi kemaluannya memasuki diriku.Namun beberapa kali gagal,namun ia terus saja berusaha membobol benteng pertahananku.Namun disaat yang dia dan aku impikan itu,belum juga menampakkan hasil.Suamiku sekuat tenaga berusaha masuk,akupun terus memberinya jalan agar dengan mudah dimasukinya.Namun tanpa aku dan suamiku duga sebelumnya.Tiba tiba saja disaat kepala kemaluannya baru menyentuh bibir liang kemaluanku terjadi yang tidak kami inginkan.Aku sudah berusaha agar ia mendapatkan haknya saat itu. Namun diluar semua itu,gagal. Kemaluannya begitu menyentuh bibir kewanitaanku,tiba tiba saja,mengeluarkan sperma dan membasahi rambut-rambut halus di sekitar bibir kemaluanku.Juga aku rasakan kemaluan suamiku tiba-tiba mengecil dan melemah.Ia terlihat shock dan kecewa,aku juga merasakan hal yang sama dengannya.Padahal malam itu kami ingin sekali mereguk sepuasnya malam pengantin yang indah seperti yang dibilang oleh teman-temanku. Untuk menutupi rasa kecewaku malam itu,aku bilang pada suamiku mungkin ia amat kecapaian karena ,siangnya telah melaksanakan acara yang cukup membuat tubuh capai.Hingga staminanya terkuras dan membuatnya gagal pada malam pengantin kami.Suamikupun berpikiran begitu,akupun menghiburnya agar besoknya kami berbulan madu ke tempat rumah peninggalan kakekku di dekat Danau Maninjau yang terkenal dengan hawa dan pemandangan yang indah itu.Suamiku menyetujuinya. Dan malam itupun kami lewati dengan berbagai pertanyaan dalam benakku apa yang sesungguhnya terjadi.Suamikupun tidur sambil memeluk tubuhku yang masih basah oleh keringat kami berdua. Besoknya kamipun berangkat ke rumah peninggalan kakekku di tepi danau maninjau yang indah itu.Jaraknya kira-kira 100km dari kota Padang dan hanya menempuh 2 sampai 3 jam perjalanan jika tidak macet atau longsor.Keluargaku memiliki rumah disana,namun jarang ditempati karena sekarang yang tinggal hanyalah ayahku yang masih hidup.Rumah itu terbuat dari kayu yang cukup kuat menampung 5 keluarga didalamnya. Masih banyak kamar kamar,juga halaman yang luas dan dipenuhi pohon-pohon dan sawah yang cukup luas.Namun rumah ini tidak ada yang merawatnya,yang membersihkannya paling sebulan sekali itupun dengan mengutus pak Ali,yang sekarang masih tinggal bersama orangtuaku.Dialah yang selalu merawat dan membersihkan rumah peninggalan ini setiap bulan.Ia memang ditugaskan ayahku ke kampung untuk merawatnya.Jadi pohon-pohon dan halamannya masih terlihat indah meskipun disana sini masih ada dedaunan yang berserakan.Rumah ini baru saja dibersihkan pak Ali minggu yang lalu karena aku bilang akan kesini setelah menikah. Disekitar rumah itu terlihat sepi. Tetangga-tetangga kami sudah tidak sebanyak dulu lagi. Sebab mungkin karena penghidupan yang mulai sulit di kampung maka mereka memilih merantau kebeberapa kota.Hingga kampung ini sangat sepi.Kaum mudanya banyak yang merantau,yang tinggal hanya orang orang yang berusia lanjut untuk menunggui rumah dan sawah juga ladang mereka.Tidak heran jika malam menjelang sangat sunyi dan yang terdengar hanya suara jangkrik dan kodok yang bersahut sahutan. Memasuki rumah itu aku amat takjub karena amat bersih dan kamar-kamarnya juga bersih dan rapi. Hingga aku berencana suatu saat akan mengajak teman-teman atau keluarga berlibur ke kampung saja.Selain udaranya masih bersih,juga alamnya masih asli juga hamparan sawah dan pemandangan danau yang amat indahnya. Setelah menurunkan perbekalan yang aku bawa dari mobil untuk beberapa hari disini.Akupun mulai memasak makanan yang akan kami makan maklum perutku mulai kerocongan juga suamiku.Tidak lama kemudian kamipun makan berdua.Sehabis makan itu lalu kamipun berjalan jalan keliling rumah .Suamiku amat kagum atas keindahan dan suasana rumah itu.Setelah senja menjelang rasa capai karena berkeliling kampung dan bersilaturrahmi dengan tetangga yang kebanyakan lansia dan anak-anak kecil. Kamipun pulang kerumah. Sampai dirumah kamipun lansung mandi.Suamiku sempat menganjurkan agar mandi berdua saja.Namun aku bilang jangan jangan dulu.Selain aku masih malu juga tidak enak hati jika tubuhku di sentuh suamiku.Lagian ini di kampung apa kata orang jika ada yang tahu,itu alasanku. Suamiku maklum dan aku bilang jika di Padang tidaklah masalah kataku menerangkan. Selesai mandi,kami lalu makan lagi.Perut seolah lapar lagi sebab di daerah yang udaranya dingin ini,perut seringkali mudah lapar.Setelah perut terisi kamipun duduk-duduk berdua di ruang tengah sambil menonton televisi.Namun niat menonton itu seolah sarana saling mencumbu malam itu.Seakan tidak ada acara yang pantas ditonton selain berduaan dan bermesraan dengan suamiku.Maklum pengantin baru.Setelah mematikan tv dan memastikan pintu dan jendela terkunci,kamipun beranjak ke kamar. Di dalam kamar,kami saling melumat dan aku sudah berani membalas perlakuan dan rabaan suamiku.Kami lalu mulai naik keatas ranjang yang di tutupi oleh kelambu dan didalam kelambu diatas ranjang itulah akhirnya kami melanjutkan yang tertunda.Mungkin karena aku sudah tidak merasa canggung lagi,sebab dialah yang akan membimbing hidupku nantinya.Setiap cumbuan suamiku aku balas,ya meskipun masih agak pasif.Perlahan tapi pasti akhirya pakaian yang melekat di tubuh kami. Kami tidak lagi merasakan hawa dingin sebab,cumbuan dan rabaan jari tangan suamiku mampu membuat hangat tubuhku. Kembali aku merasakan siap untuk menerima perlakuan dari suamiku.Ia kembali mengulang kejadian malam kemarin dengan mengeksportir wilayah kemaluanku,hingga aku orgasme.Tanpa merasa jijik sedikitpun ia hirup sampai tandas air cintaku.Lalu aku merasa lemah dan tak bertenaga.Suamikupun lalu kembali berusaha mencumbui aku,dengan harapan aku kembali bangun nafsuku.Aku juga merasakan alat kelaminnya mulai mengeras dan tegak.Alat itu seperti tonggak yang siap untuk menerobos segala penghalang,amat perkasa. Lalu ia buka kedua pahaku. Iapun meletakan sebuah bantal di pinggangku dengan harapan dapan menembus keperawananku yang gagal ia tembus malam kemaren. Bertahap ia berusaha menjejakan kepala kemaluannya pada belahan liang kemaluanku yang kembali basah. Aku merasakan kecemasan akan rasa sakit yang akan terasa jika benda milik suamiku itu masuk.Aku tahu rasa itu dari pengalaman teman2 wanitaku yang telah menikah.Kepala kemaluan suamiku lalu mulai merangsek masuk ke bibir kewanitaanku.Dadaku kembali berdebar debar,ttg yang akan terjadi saat itu..Baru saja,kepalanya yang menyentuh belahan kewanitaanku,tiba2 kejadian malam kemaren terulang.Kemaluan suamiku tiba2 memuncratkan air maninya di sana,Hingga pintu kewanitaanku basah oleh spermanya yang kental.Aku belum merasakan apa apa,namun aku tidak lagi adanya benda keras yang tadi mulai menerobos liang kewanitaanku.Aku agak kecewa,namun tidak aku perlihatkan pada suamiku.Aku hanya bilang mungkin bang Ardi hanya tergesa-gesa,biasa kita sama-sama belum berpengalaman, kataku.Ia terlihat kecewa juga,namun ia sudah merebahkan tubuhnya di samping tubuhku yang telanjang. Sebagai istri aku hanya diam dan berusaha membantunya,mungkin karena rasa takut akan menyinggung perasaannya makanya aku berusaha sendiri.Dengan menghilangkan rasa malu dan norma norma sebagai wanita Minang,aku tutupi semua rasa itu,aku berusaha membantunya dengan memegang kemaluannya dan menciumi bibir juga putting susunya.Tampaknya suamiku mulai bergairah.Ia aku lihat kembali bersemangat,dan kemaluannya kembali bereaksi.Kemudian aku rebah telentang sambil membuka kedua pahaku agar bisa dimasukinya dengan gampang.Ia berusaha kembali lalu dengan meretas jalan buat kemaluannya,namun alangkah kecewanya aku malam itu,dalam hati aku merasa tidak berarti.Suami yang aku cintai kembali tidak mampu melaksanakan kewajibannya sebagai seorang laki-laki sejati.Alangkah malangnya nasibku saat itu. Namun rasa kemanusiaanku kembali terusik,sungguh piciknya aku yang amat mencintai suamiku .Aku juga merasakan beban psikologis suamiku saat itu.Ia amat terpukul karena ketidak mampuannya malam itu,melaksanakan kewajiban sebagai suami yang baik. Dengan terbata bata suamiku meminta maaf padaku.Ia amat menyesal katanya.Lalu sebagai seorang istri aku amat memberinya support agar jangan berhenti mencoba atau kalau bisa diobati.Apalagi zaman sekarang sudah banyak obat atau klinik pengobatan yang melakukan penyembuhan kelainan sexual ini.Iapun mohon padaku agar jangan meninggalkannya karena masalah itu.Aku pun memberinya rasa percaya diri.Bisa saja kita coba cara lain agar bisa menyembuhkan gangguan fungsi kelelakiannya itu. Aku memberinya jaminan bahwa aku tidak akan meninggalkannya. Bagiku jika saja aku meninggalkannya berarti aku telah gagal menjadi seorang istri dan amat mencoreng muka keluarga didepan orang banyak.Apalagi bagi suamiku,ia akan malu,keluarga besarnya akan merasa dilecehkan. Dan demi menjaga perasaan suamiku,maka akupun tetap melaksanakan kewajibanku pada malam malam tertentu dengan suamiku.Aku selalu dibantunya untuk orgasme. Namun setiap kali ia mencoba untuk melakukan coitus ,ia selalu gagal.Hingga ini berlangsung beberapa bulan dan berbagai cara pengobatan baik yang medis dan alternative telah dilakukan namun hasilnya tetap nihil.Sampai saat itu aku masih perawan,meski aku telah mencoba memasukan kemaluan suamiku ke kemaluanku di saat bendanya itu tegak menantang.Saat itu memang masuk kepalanya saja,dan memuncratkan sperma,namun tetap saja tidak mampu merobek keperawanku. Kehidupan rumahtangga kamipun tetap berlangsung seperti rumah tangga orang lain. Namun jauh dilubuk hatiku, juga suamiku, aku rasa hambar. Ia sering kali aku lihat termenung dan menyendiri. Dan sebagai istri yang baik aku terus menutupi kekurangannya itu,namun sampai kapan? Aku tudak mengetahuinya.Aku menutup rapat rahasia ini,agar jangan ada pihak yang tersakiti .Diluaran aku kami terlihat keluarga yang cukup bahagia dan sempurna,namun orang semua tidak punya hak untuk mengetahui apa yang ada dalam hati kami berdua.Selain itu aku akui,meski di dalam rumahtangga kami punya problem,namun di luaran,karier suamiku semakin menanjak.Dia di tunjuk sebagai pimpinan sebuah bidang di kantornya.Akupun merasakan hal yang sama. Usahaku semakin maju. Permintaan akan hasil perkebunan dan perdagangan yang aku pimpin semakin banyak.Hingga aku harus menambah beberapa orang karyawan dan membuka cabang didaerah. Akupun berusaha menjalankannya dengan baik. Nasehat orang tuaku agar mempekerjakan anak-anak muda yang punya potensi aku jalankan.Meski terkesan nepotisme,aku merekrut lulusan perguruan tinggi yang berasal dari daerah asal orang tuaku.Selain merasa iba jika mereka lulus namun tidak mendapat pekerjaan ,lagi pula itu adalah pesan ayahku yang aku turuti. Lagi pula tindakan ini akan berdampak pada pendapatan mereka hingga mampu mereka membantu ekonomi keluarganya di kampung yang aku lihat amat kesulitan terhimpit masalah ekonomi. Meski usahaku maju dan berkembang demikian pesat,aku tidaklah melupakan kewajibanku sebagai istri.Begitu juga dengan bang Ardi.Ia amat memperhatikanku dengan amat mesra.Ia berharap agar dengan perkembangan usahaku itu dapat menghilangkan kegundahanku selama ini. Iapun cukup bijaksana memberiku beberapa kesempatan untuk berkembang. Terkadang aku merasa sedih jika aku pulang malam setelah meninjau cabang di daerah.Aku menemui suamiku telah tertidur dengan nyenyaknya,aku tidak mau membangunkannya.Mungkin saja dia terlalu capai dengan pekerjaannya seharian,yang terkadang meninjau proyek proyek yang harus segera di selesaikan.Aku menekan saja hasrat yang datang disaat tertentu. Pernah aku merasa terkejut dan sedih,saat ibuku menanyakan padaku apa aku sudah isi apa belum.Dengan cara bercanda aku jawab dengan seadanya sambil berlalu.Aku tidak ingin mereka mengetahui apa yang sebenarnya terjadi didalam kamar dan ranjang kami.Aku juga tidak menampik jika akhir-akhir ini ada salah seorang kolegaku yang berusaha mendekati aku padahal ia tahu aku telah menikah, namun ia tampaknya tidak peduli.Akhirnya aku memutuskan hubungan bisnis dengannya sebab aku tahu,ia akan mempergunakan cara cara kotor dalam bisnis sambil merayu aku untuk mau menuruti kemauannya.Aku tidak peduli,apakah ia akan memberikan perusahaanku fasilitas atau bukan,bagiku semuanya bulshit. Dia mengira aku gampang di pengaruhinya dengan iming-iming fasilitas.Akhirnya aku terbebas dari cara cara kotor bisnis itu.Akupun tetap melanjutkan hidupku. Tidak lama setelah menikah dan tinggal di rumah orangtuaku. Suatu hari bang Ardi bilang padaku untuk pindah dari rumah orangtuaku ini. Sebab ia merasa tidak enak hati jika selalu tinggal bersama mertua katanya.Apalagi ia sudah menyiapkan sebuah rumah mungil dan terletak di pinggiran kota yang masih sejuk udaranya. Rumah itu baru saja ia beli dan aku nilai harganya cukup lumayan dan amat bagus bagi keluarga muda seperti aku.Aku amat bahagia mendengar kabar dari bang Ardi,sebab ia telah memikirkan masa depan keluarga yang kami bentuk ini.Meskipun awalnya kedua orangtuaku keberatan atas permintaan menantunya itu,akhirnya mereka memehaminya juga. Maka aku pun mulai tinggal di rumah baru kami.Sebagai nyonya muda,aku tentunya ikut mengatur dan mengisi segala perabotan di rumah baru kami itu dengan hasil jerih payah kami berdua. Aku sering kerumah orangtuaku jika di kantor tidak terlalu sibuk.Terkadang aku tidur di sana agar mereka tidak merasa kehilangan.Terkadang di saat suamiku mendapat tugas ke luar daerah meninjau proyek untuk beberapa hari,aku selalu tidur di rumah orangtuaku.Syukurlah belakangan ini,cucu pak Ali sering datang dan menginap di rumah orangtuaku. Mereka amat terhibur dengan kehadiran anak itu. Ada semburat kesedihan pada orangtuaku karena aku belum mampu memberinya cucu yang amat mereka harapkan.Sering mereka berdua ke tempat kakakku di propinsi tetangga untuk mengobati kerinduan mereka pada cucunya.Akupun terkadang menyempatkan diri juga ikut orangtuaku ke sana untuk melihat kelucuan keponakanku.Dihari tuanya orangtuaku amat menikmati hari tuanya dengan mengunjungi anak-anaknya yang telah memberinya beberapa orang cucu yang manis manis dan gagah gagah Hingga terjadilah peristiwa yang merubah hidupku. Ketika itu,kedua orangtuaku berkunjung ke Jakarta,untuk mengunjungi anak dan cucunya selama sebulan.Aku yang tinggal di Padang tentunya harus sering melihat lihat rumah orangtuaku meski ada yang menunggui yaitu pak Ali dan istrinya.Aku hanya berkunjung untuk beberapa saat.Saat itu kebetulan pekerjaan di kantor agak longgar dan mmg saat itu amat santai.Rupanya pak Ali akan ke Maninjau untuk melihat rumah orangtuaku disana.Pak Ali amat tahu akan kewajibannya.Ia tidak pernah melupakannya meski kadang tidak disuruh.Mungkin itu adalah rasa pengabdiannya kepada mendiang kakekku yang telah membesarkannya.Jadi ia amat di percaya bisa memelihara rumah yang di kampung itu.Siang itu ia hendak berangkat dan bertemu denganku.Aku yang sudah beberapa bulan tidak lagi pernah kesana ,terakhir saat aku berbulan madu beberapa bulan yang lalu.Ingin juga kesana.Aku rindu suasananya yang alami dan sejuk.Kebetulan suamiku lagi mendapat pelatihan ke Surabaya dari instansinya selama 1 bulan.Aku berpikir alangkah nyamannya jika bisa ke Maninjau saat itu.Namun aku harus izin dulu pada suamiku.Aku tdk ingin berangkat tanpa izin dari suamiku.Akupun bilang bahwa aku berangkat dengan pak Ali orang yang amat di kenal suamiku.Jadi selama aku ke Maninjau suamiku tidak akan kuatir terhadapku sebab aku berangkat dengan orang kepercayaan keluarga kami. Melalui telpon aku minta izin.Iapun memberiku izin dan berpesan agar berhati hati di jalan jika aku sedang menyopiri mobil.Dengan berterima kasih pada suamiku yang memberi izin aku berangkat ke Maninjau bersama pak Ali.Mobil aku yang nyetir,sebab pak Ali tidak bisa menyetir mobil.Padahal dari dulu ayahku menyuruhnya belajar stir,namun ia tetap tdk mau,ia lebih suka menjadi pembantu dan juga menjaga rumah saja katanya. Siang itu aku berangkat yang sebelumnya aku makan dulu karena di suruh istri Pak Ali.Istri pak Ali berpesan padaku untuk jangan ngebut dalam menyetir mobil.Nasehat ibu yang sudah aku anggap orangtuaku itu aku turuti.Akupun berpesan padanya agar hati-hati di rumah sebelum aku berangkat.Pak Ali duduk di depan di samping aku.Selama perjalanan ia beberapa kali mengingtkan aku untuk berhati hati karena hujan dan banyaknya kendaraan yang bersiliweran.Karena sudah menganggap dia orangtuaku makanya aku menurut saja,hingga menempuh jalan yang berbelok belok . Beberapa jam kemudian kami sampailah di rumah. Kemudian mobil aku masukan ke garasi di rumah itu karena pagar telah dibuka Pak Ali. Mobil aku parkir didalam.Lalu aku berlalu dan berjalan ke halaman luar untuk menghirup udara segar sore itu.Sedangkan Pak Ali sibuk menurunkan barang-barang bawaan yang akan ia letakkan di rumah itu. Juga tidak ketinggalan makanan yang ia bawa dari Padang untuk kami berdua.Setelah berkeliling rumah dan merasa capai, akupun masuk kedalam. Lalu aku mengambil kunci dan memasukan tas bawaanku dan menaruhnya dikamarku.Setelah itu aku bergegas mandi.Sebab senja sudah menjelang. Di daerah Maninjau itu jika senja kita mandi maka hawa nya sangat dingin.Aku lalu masuk kedalam kamar mandi.Sedangkan Pak Ali masih sibuk membersihkan ruang demi ruang dengan menyapu. Lalu iapun memasak untuk makan malam nantinya.Tidak berapa lama kemudian aku selesai mandi dan bersalin pakaian.Senja itu aku hanya mengenakan baju piyama sebab aku ingin tubuhku rilex.Aku juga tidak lupa menyemprotkan parfum kesukaaanku yaitu issey miyake.Aku terbiasa memakainya meski di rumah saja.Lalu aku rebahkan tubuhku di ranjang.Rasa capaiku seakan hilang karena mandi dengan air segar dari pegunungan itu.Kepenatan di tubuhku seakan sirna seketika. Beberapa saat aku tertidur.Aku terbangun karena ada yang mengetuk ngetuk pintu kamar.Aku pun menyahut dari dalam.Rupanya pak Ali yang mengetuk pintu,ia berkata bahwa,makanan telah terhidang dan aku disuruh makan.Dengan sedikit bermalas-malasan aku buka pintu kamar dan berjalan menuju meja makan di ruang belakang.Aku duduk,baru aku sadar bahwa saat itu telah mencapai jam 9 malam.Berarti aku sudah tertidur selama 2 jam.Pantas saja tubuhku serasa segar dan lapar.Lalu aku mulai menyendok nasi ke piringku.Aku pun memanggil Pak Ali untuk makan bersamaku.Namun ia bilang ia sudah makan dari tadi.Iapun bilang biar aku saja yang makan.Iapun berlalu sambil bilang akan mengecek pintu dan jendela dan memastikan bahwa telah terkunci apa belum. Selama aku menikmati makanan yang aku makan itupun baru aku sadar,bahwa malam itu hujan dengan derasnya.Aku pun berpikir pantas saja pak Ali tidak begitu terdengar teriakannya membangunkan aku tadi.Dan syukurlah mobil telah aku masukkan ke garasi jadi aku tidak perlu repot lagi memindahkannya. Merasa perutku sudah kenyang dgn makanan yang enak, akupun membereskan meja makan. Piringnya aku letakkan di tempat pencucian dan meja makan aku tutup dengan tudung saji.Lalu aku beranjak ke ruang tengah.Aku menyalakan televisi,namun yang muncul hanya siaran TVRI dan SCTV saja itupun gambarnya kurang bersih.Tv aku matikan.Aku kekamar dan mengambil HP.Kutelepon suamiku dan bilang aku sudah sampai di rumah dan habis makan. Iapun bilang agar aku jangan terlalu lama di Maninjau apalagi ada pekerjaanku di Padang. Akupun bilang aku paling lama 3 hari dan kerjaan sudah ada yang mengerjakan.Suamiku pun berpesan agar aku jangan membiarkan pak Ali sendirian membereskan rumah yang begitu besar.Kasihan katanya pak Ali sudah tua nanti ia bisa sakit pesan suamiku.Akupun menyetujuinya dan memag aku akan bantu kataku.Lalu telpon aku tutup sambil mengucapkan salam padanya. Aku tidak menemukan Pak Ali di ruangan itu.Aku cari-cari dan rupanya ia berada di dapur sedang membetulkan letak meja meja.Aku bilang padanya tentang pesan suamiku tadi dan salam dari suamiku.Pak Ali pun berterima kasih.Lalu aku beranjak keruang tengah.Aku bilang pada Pak Ali agar besok saja melanjutkan pekerjaan itu.Ia pun setuju dan mengikuti ajakanku untuk keruang tengah saja.Mending ngobrol-ngobrol kataku.Ia pun mau duduk di hadapanku. Kemudian iapun bercerita tentang masa lalu kakek dan nenekku.Ia bilang kakek orangnya amat baik dan perhatian pada orang lain sama seperti ayahku. Pak Ali juga bilang aku lebih mirip sifat-sifat nenekku dan wajahku lebih mirip ke nenekku katanya.Memang aku tidak sempat melihat dan bertemu nenekku karena disaat aku lahir nenekku telah tiada. Pak Ali pun bercerita tentang sejarah keluarganya yang miskin dan diselamatkan oleh kakekku, juga ayahku telah menganggap dia adalah saudaranya.Makanya di saat ini Pak Ali tidak mau rumah peninggalan kakekku ini terlantar seperti banyak rumah-rumah yang di tinggal pemiliknya merantau.Sedangkan saat ini kata pak Ali hanya tinggal rumah keluargaku ini yang masih terawat sedangkan yang lain telah hancur dimakan usia,juga penduduknya tidak berapa banyak lagi,paling 500meter dari rumahku baru ada rumah yang berpenghuni,itupun hanya beberapa orang saja. Aku memang merasakannya bahwa penduduk daerah ini semakin berkurang.Biasanya beberapa bulan lalu saat berbulan madu bersama suamiku, saat kami memasuki kawasan ini,banyak kelihatan ibu-ibu dan anak-anak namun saat tadi sore sepi saja.Aku mengangguk dan paham atas keterangan pak Ali. Semenjak menikah apalagi telah pindah rumah,aku jadi jarang ngobrol dengan Pak Ali.Kalau dulu aku sering ngobrol dengannya,juga bersama anaknya yang seusia denganku. Akupun bertanya kabar tentang anaknya Yuli yang seusia denganku.Pak Ali bilang bahwa Yuli telah memiliki anak yang baru berusia 1 tahun,memang dia duluan menikah dari aku.Akupun bilang,alangkah bahagianya ia punya beberapa cucu. Dengan wajah cerah iapun tersenyum.Lalu ia balik bertanya padaku.Kenapa aku belum juga bisa memberi cucu apa ayahku.Padahal ia tahu aku menikah sudah hampir satu tahun.Saat itu mukaku bersemu merah.Aku tidak mungkin menceritakannya,apalagi kepada pak Ali.Ini adalah rahasia aku dan bang Ardi.Padahal jika pak Ali tahu jika hingga sampai saat itu aku masih perawan.Makanya aku diam saja saat ia bertanya padaku.Aku hanya senyum sedikit takut keceplosan omongan. Pak Ali pun bertanya apa aku memakai program kb.Akupun bilang tidak,malah aku jawab mungkin belum diberi yang diatas jawabku.Lalu ia pun tanya apakah aku dan suami sudah periksa ke dokter.Aku jawab sudah dan baik baik saja.Lalu dia bilang jika belum juga,aku disarankan untuk pakai obat alternatif atau ke dukun kampung,terangnya.Aku diam saja,dalam hati aku berkata,biar kemanapun berobat jika suamiku tetap seperti itu ya mana bisa hamil bisik hatiku. Pak Ali terus memandangi aku, lalu ia bilang agar aku terus berusaha agar cepat mendapatkan keturunan.Aku diam saja dan bilang malas pak, jangan ngobrol itu lagi kataku mengalihkan topik. Ia terus mendesakku,ia bilang aku bukanlah orang lain lagi baginya.Ia bilang,ia telah menganggap aku anaknya.Jadi aku dimintanya agar bicara terus terang,dan ia pun berjanji akan tutup mulut dari ayahku.Sebab selama ini ia mendapatkan gambaran dan melihat ada yang ganjil dari rumah tanggaku,tidak seperti rumah tangga kakak-kakakku dan anak-anaknya. Ia yakin aku menyembunyikan sesuatu.Pak Ali bilang ia tahu aku berbohong pada kedua orangtuaku selama ini.Dan dari pancaran mataku ia yakin aku menyembunyikan masalah.Pak Ali juga bilang,meski ia bukanlah orang yang berpendidikan dan luas pergaulannya,namun ia mengerti tentang kehidupan ini.Aku bilang janganlah terlalu dipikirkan ,nantinya juga selesai sendiri kataku.Lalu dijawab selesai gimana,lha masalahnya saja belum di carikan jalan keluar katanya.Lalu aku pun di suruh memandang matanya.Aku yang saat itu memandang remeh padanya lalu memandang bola matanya.Seakan aku telah jujur.Namun Pak Ali bisa menebak kebohongannku saat ini.Iapun bilang saat itu aku menganggap remeh nasihatnya.Aku akhirnya merasa bersalah dan memang meremehkan nasehatnya saat itu. Lalu ia pun minta aku berkata jujur padanya,dan ia berjanji akan merahasiakan pada siapapun meski kepada orangtuaku. Akhirnya karena didesak,akupun akhirnya menceritakan ttg keadaan sesungguhnya di rumah tanggaku ini.Inilah pertama kali aku berucap pada org lain tentang rahasia isi kamarku selama ini.Aku ceritakan mulai dari saat malam pertama hingga saat itu.Mata Pak Ali terbelalak mendengar penuturanku.Ia tidak menduga kejadian yang aku alami ini.Dan iapun lalu bertanya padaku,berarti sampai saat ini aku masih perawan.Aku mengangguk dan menitikkan air mata.Ia menghela nafas dengan berat.Sambil geleng-geleng kepala ia ,berkata kenapa tidak bilang dari dulu biar dicarikan cara pengobatan suamiku katanya.Aku pun menerangkan pada Pak Ali bahwa segala cara sudah di coba termasuk berobat alternatif. Lalu dia diam dan memandang aku yang masih menangis tersedu sedu. Dia bertanya apa aku akan minta cerai dari suamiku,aku menjawab belum terpikir pak, jawabku. Aku semakin sedih mengingat keadaan suamiku,hingga akupun terus menangis.Pak Ali berusaha membujuk aku agar jangan terlalu sedih,dan dia minta aku jangan menangis lagi.Aku tidak sanggup untuk berhenti menangis.Meski saat itu beban perasaanku sudah aku keluarkan.Namun mengingat kejadian bersama suamiku aku menjadi amat sedih. Pak Ali lalu berdiri dan pindah duduk di sampingku.Ia lalu memegang kepalaku seperti seorang ayah pada anaknya. Sungguh sedih keadaan kamu nak, katanya.Aku lalu menjatuhkan kepalaku pada dadanya,sambil terisak.Ia lalu membelai belai rambutku.Saat itu aku merasakan pelukan seorang ayah dengan penuh kasih sayang. Aku terus menangis dan menumpahkan penderitaanku.Lalu pak Ali mengangkat wajahku yang basah karena air mata.Iapun menghapusnya dengan telapak tangannya.Minta agar aku jgn menangis lagi.Seakan mendapatkan tempat menumpahkan keluh kesah akupun memeluknya dengan erat.Padahal saat itu kondisiku amat labil dan rapuh karena keadaan rumah tangga yang masih bermasalah.Akupun tidak malu lagi bersandar didadanya.Ia lalu menciumi rambutku.Dan mengusap-usap tengkukku.Aku merasa damai saat itu.Aku tidak peduli lagi dengan siapa aku berpelukan di dalam rumah besar ini. Beberapa lama kemudian aku di rebahkan dibahunya.Dia diam saja,pandangannya jauh seakan sedang memikirkan sesuatu.Aku tetap saja rebah dibahu pak Ali.Lalu ia mengusap usap pipiku lagi hingga di belakang telingaku. “Ri”, katanya padaku. “Kamu jgn terlalu sedih ya,kamu sabar saja”.  Aku mengangguk dan kembali memeluknya seolah dia jangan pergi saat itu.Aku seakan mendapatkan tempat mencurahkan kesedihan.Ia lalu berdiri seakan mau meninggalkan aku. Ia lalu melepaskan aku. “Sudah malam Ri”, katanya. “Sbaiknya kamu tidur, bapak juga sudah ngantuk”. Aku tidak membiarkannya pergi. “Pak temani Riri dulu disini kan jam masih setengah sebelas”, kataku. Iapun lalu mengurungkan niat meninggalkan aku.Dengan memegang jari tuanya aku membawa tangannya ke pipiku. Ada hawa hangat yang aku rasakan saat itu.Meski cuaca masih di guyur hujan,namun hawa hangat itu aku rasakan amat membuatku tentram.Ia berusaha menarik tangannya dari pipiku.Namun karena eratnya aku memegangnya iapun menurut,dan tidak lagi berusaha menariknya.Malah jarinya mengusap usap balik telingaku kembali.Aku merasakan kegelian di titik sensitifku itu.Lalu ia terus merangkulku seolah kami adalah pasangan kekasih. Tangan pak Ali terus saja membelai belai balik telingaku.Ia pun bilang ia merasa kedinginan,lalu ia pun minta padaku untuk mengizinkannya memegang bahuku dengan harapan sama sama hangat.Aku diam saja,malah aku seolah tertidur di pelukannya.Pak Ali lalu dengan tanpa sepengetahuan aku,langsung menciumi balik telingaku,setelah sebelumnya ia sibakkan anak anak rambutku.Aku merasakan sensasi yang mulai menggelitik birahiku.Namun aku tidak menolaknya.Aku malah membiarkannya saja,semua itu aku anggap sebagai perlakuan rasa sayang seorang ayah pada putrinya,padahal ayahku saja tidak pernah memperlakukan aku sedemikian rupa.Aku malah mendesah dan mengikuti semua tindakannya saat itu.Tidak ada sama sekali keinginan penolakan dari diriku saat itu. Setiap gerakan jari tangan pak Ali seperti mampu membuatku tentram saat itu. Malah aku semakin merebahkan tubuh di pelukannya. Lalu ia pun menciumi pipiku.Ada rasa geli yang aku rasakan.Namun malah semakin memicu birahiku.Aku semakin labil dan rapuh.Aku tidak sadar,bagaimanapun ia adalah seorang laki-laki,yang meskipun sudah dikenal dekat oleh keluargaku.Ia tetap orang lain dalam kehidupanku.Ia tidak memiliki pertalian darah sedikitpun dengan aku.Dan segala kemungkinan bisa saja terjadi saat itu dimana seorang laki laki yang meski berbeda usia jauh dariku,juga masih memiliki nafsu yang sewaktu waktu bisa merusak aku.Memang benar,jika berduaan dengan orang yang berlainan jenis ,maka pihak ketiga adalah syetan.Apalagi suasana dingin malam dan kesunyiannya amat mendukung segala tingkah laku kami. Merasa aku sudah tidak lagi menolak atau menahan gerakan tangannya,Pak Ali semakin meningkatkan aktifitasnya.Ia tidak lagi mengusap usap balik telingaku,kini malah ia sudah berani menciumi pipi dan lalu bibirku.Saat itu,aku seakan merasa suamiku yang melakukannya.Aku menurut saja,malah ikut membalas lumatan lidah orang tua yang kini sedang memelukku.Aku seolah sedang bermimpi.Aku malah ikut mengisap lidah tuanya itu.Tidak sampai disitu perlakuan pak Ali terhadapku.Ia malah telah berani meraba raba payudaraku dari luar busana ku.Aku semakin tidak kuasa menerimanya.Tubuhku seakan di aliri jutaan watt voltase yang akan meledak.Aku malah semakin erat memeluknya.Juga jari jarinya itu berusaha memasuki baju piyama ku.Usahanya untuk meraba payudaraku dari dalam baju piyama ku akhirnya berhasil.Disana jarinya memilin milin putingku.Aku seakan tersengat aliran listrik.Ada hawa hangat yang aku rasakan saat itu.Aku pun berusaha menahan laju jarinya itu yang semakin bebas mengelus dan memilin payudaraku.Namun aku tidak berhasil,dikarenakan aku sudah sangat bimbang dan kacau.Seakan jari-jari itu memiliki mata dalam mengeksplorasi daerah sensitifku ini. Aku lalu melepaskan diri dari pelukan pak Ali dan mendorong tubuhnya menjauh.Aku memandangnya dengan sangat tajam,seolah marah akan kelancangannya padaku.Ia diam saja,dan juga memandang bola mataku dalam dalam.Ia pun seakan menantangku,tidak ada kata kata yang aku ucapkan padanya saat itu.Dengan wajah sedikit pucat dan sinis aku meninggalkannya.Aku berjalan ke kamarku ,sambil merapikan baju piyamaku yang sembraut akibat perbuatan pak Ali tadi.Dikamar aku sempat bercermin melihat wajahku yang mulai basah dengan air mata.Aku baru sadar,hampir saja aku terjerumus ke lembah nista bersama pak Ali.Aku akui tadinya aku amat menikmati perlakuannya pada ku.Aku jujur saja,memang aku hampir 3 bulan ini tidak pernah lagi di sentuh suamiku.Terkadang sudah aku pancing ,dia untuk memberiku kepuasan meski tidak pernah diakhiri dengan coitus.Itu sudah cukup bagiku,yang diberikan suamiku. Dikamar aku rebahkan diriku ke atas ranjang yang berselubung kelambu ini..Aku kembali menangisi nasip yang menimpaku ini.Suara tangisku seakan memecah suasana malam yang di masih diguyur hujan dengan derasnya. Pak Ali mendengar suara tangisku dari luar.Ia mengetuk ngetuk pintu kamar,sambil berkali kali mengucap kata maaf.Aku mendengarnya hanya diam saja.Lalu tanpa aku minta ia membuka pintu kamar dan masuk ke dalam peraduanku.Ia duduk di pinggiran ranjang. Kembali ia mengucap maaf atas kelancangannya tadi.aku semakin sedih.tangisku seolah tak dapat dihentikan sambil sesengukan.Lalu ia membelai belai helai rambutku.Ia menghiburku dan memintaku untuk jangan berprasangka terhadapnya. Kemudian ia berusaha mengangkat tubuhku agar duduk.Aku menurut saja.Dengan jari tangannya ia hapus air mataku.Ia menyarankan aku untuk jangan terlalu bersedih.Lalu kedua pipiku ia usap dengan penuh kelembutan.Aku yang saat itu amat merindukan tempat mencurahkan keluh kesah akhirnya memeluknya.Aku bilang kepadanya, bahwa Pak Ali jangan terlalu merasa bersalah begitu. Sebab aku juga salah tadinya.Kembali aku di peluknya,sambil mengucek-ngucek rambutku yang hitam. Dalam pelukannya ia, terus membelai anak rambutku hingga ke tengkuk.Juga anak rambut di balik telingaku ia sibakkan.Pak Ali kembali menciuminya,sambil menghembuskan nafasnya yang hangat.Aku kembali terbakar gairah.Aku semakin erat memeluknya.Mulai dari pipiku diciuminya hingga berlabuh di bibirku. Dengan gairah yang membara ia kulum bibirku.Lidahnya bermain main di langit langit mulutku.Aku serasa kehabisan nafas dan tidak diberi kesempatan untuk membalasnya.Juga tangannya kembali bergerak nakal melewati bajuku dari belakang, jarinya masuk,.jari itu seolah mencari cari benda yang berada di dadaku.Seakan jarinya bermata, ia mendapatkan benda yang ia inginkan.tanpa melepas Bh ku, jari itu masuk saja dan memilin putting payudaraku. Mendapat perlakuan yang demikian aku seperti di sengat ribuan watt aliran birahi.Aku semakin pasrah dan diam menanti.Beberapa lamanya ia terus memilin-milin buah dadaku hingga aku terkulai didadanya.Kemudian pa kali melepaskan pelukan dan jari jarinya dari balik baju piyamaku.Ia berdiri dan meninggalkanku.Aku lihat dia menutup pintu kamar yang tadi masih terbuka, lalu kearah saklar lampu dan mematikan lampu yang besar. Ia menyalakan lampu kecil yang biasanya aku nyalakan jika hendak tidur.Cahayanya temaram memerah.maklum hanya 5 watt.Sehingga suasana terkesan amat romantis. Aku diam menunggu seperti pengantin wanita yang akan menunaikan kewajibannya.Pak Ali kembali ke tempat tidurku,dan masuk kedalam kelambu dan merapikan kain kelambu agar tertutup dan terhindar darui hawa dinginnya malam juga nyamuk.Ia langsung saja mengulum bibirku.Dan kedua tangannya langsung saja meraih buah dadaku yang masih terbungkus baju piyama .Beberapa saat ia merabanya dan menghirup air ludahku karena aku tidak kuasa membalasnya.aku tak kuasa membalas dikarenakan masih malu dan shock atas kejadian ini.Aku seakan tidak sadar dengan siapa aku berdua di dalam kamar malam itu.Mendapatkan penerimaanku yang seperti itu.Membuat Pak Ali semakin berani.Ia lalu berusaha melepas kancing depan baju piyamaku.Sempat aku tahan gerakan jarinya saat melepas kancing itu.Namun pandangan matanya pada bola mataku seoalah menyihirku untuk tidak menolak setiap perbuatannya pada ku.Aku tak kuasa menolaknya yang akan membuka satu persatu kancing piyamaku. Aku Terdiam pasrah,mukaku seolah memerah seperti udang rebus yang siap disantap.Untunglah cahaya lampu yang temaram, tidak terlalu jelas perubahan di wajahku.Namun detak jantung dan nafasku semakin tak beraturan.Aku tahu sesuatu yang terlarang akan terjadi,namun bahasa tubuhku seakan menerimanya.Kini baju piyamaku sudah dilepas,dan di lempar Pak Ali ke lantai kayu kamar ini.Kini bagian sensitif di tubuhku sudah terbuka dan dengan bebasnya di pandangi Pak Ali.Sebagai wanita aku merasa malu dilihat seperti itu.Aku melipatkan kedua tanganku di dada.Agar buah dadaku yang masih tertutup bh tidak terlalu dapat dilihat dengan bebas olehnya,selain itu cuaca serasa dingin menusuk tulang dan pori-pori kulitku yang putih. Aku berusaha melipatnya,namun Pak Ali berusaha juga untuk membukanya.Ia lalu mengulum bibirku lagi juga menciumi leher sampingku.Itu merupakan area yang amat sensitif ditubuhku.Aku tidak lagi melipat tangan didadaku.Kini aku malah menikmatinya dan memegang bahunya.Kebetulan Pak Ali belum melepas busananya. Melihat aku sudah tak melipat tangan didada,tangan kanan Pak Ali lalu membelai belai dadaku.Sedang tangan kirinya bergerak ke punggungku.ia berusaha melepas pengait bh aku yang berwarna putih dan bernomor 34b ini.Pengaitnya lepasdan dengan jari tangan kanannya ia lepaskan tali yang masih menggantung di bahuku.Aku hanya mampu memicingkan mata saat itu. Semua penutup di bagian atas tubuhku telah lepas dari tubuhku dan dilemparnya ke samping ranjang.Dengan perlahan ia meraba putting payudaraku dengan telapak tangannya amat perlahan,sehingga menimbulkan sensasi lain dari tubuhku.Aku hanaya dapat mendengus dan merintih.Sedang mataku aku picingkan, dan merusaha mendekat ke tubuh Pak Ali agar ia menghentikan aktifitas tangannya itu.Tidak dengan tangannya saja ia raba dadaku.Dengan mulutnya ia gigit gigit sekitar bulatan dadaku.Gigitannya amat membuatku semakin tak bias mengontrol diri.Aku hanya mampu meremas kain sprey dan lengan baju kaosnya.Aku semakin tak bisa tenang. Akhirnya aku merasakan semua permukaan didada dan leherku sudah penuh oleh lelehan air dari mulut Pak Ali yang sedang menciumi dan menggigit daging lembut di dadaku hingga memerah.dileherku aku juga merasakannya, kini keringatku juga sudah bercampur dengan air ludah Pak ali di permukaan kulitku yang putih ini.Rabaanya amat berpengalaman, aku tidak menduga bahwa Pak Ali amat pintar memperlakukan bagian sensitive di tubuhku bagian atas hingga akhirnya aku mendapatkan Orgasme untuk pertama kalinya.Tubuhku semakin mengejang dan kepalaku miring kekanan dan kekiri.Dengan suatu hempasan,aku melepaskan semua yang aku pendam 3 bulan ini.Aku orgasme, meski tanpa melakukan coitus.Ini adalah yang kesekian kalinya aku orgasme. Aku semakin terperosok kedalam jurang .Aku tidak lagi memikirkan akibat dari perbuatan ini. Dalam keadaan diamku itu, Pak Ali sempat bertanya apakah aku mendapatkan kepuasan yang aku inginkan.Aku sudah tak mampu menjawabnya.Aku hanya memicingkan mata karena malu.Ia lalu turun dari ranjang dan meraih segelas air.Air itu lalu di berikan kepadaku.Aku terima air minum itu, dan aku habiskan .Lalu gelas ia taruh di tempat semula, iapun kembali kearahku dan menaiki ranjang kembali.Aku masih terdiam meresapi kenikmatan yang baru aku alami tadi.Ia lalu melap dahiku yang basah dengan handuk kecil yang tersedia di atas meja di samping ranjangku.dari dahi, ia lalu melap leher , lalu dadaku.Kini keringat di tubuhku telah ia bersihkan.Aku semakin simpati pada Pak Ali yang amat memperhatikan aku,hingga hal yang kecil.Aku saat itu menutup ketelanjangan dadaku dengan selimut tebal yang selalu tersedia. Kemudian ia tahu bahwa aku sudah kembali ke kondisi sediakala.Dengan hati-hati ia lepaskan celana panjang piyamaku. Tidak terlalu susah, celana itu lepas karena aku ikut membantunya.Selain itu aku juga merasa tidak nyaman.Celana panjang itu ia lempar ke lantai.Kini aku hanya mengenakan celana dalam yang basah oleh air cintaku.Ia tahu karena sudah basah.Ia memang seorang yang gentleman, ia masih izin padaku untuk melepasnya.Aku sempat menolak, karena itulah satu satunya pertahanku yang terakhir.Tapi apalah dayaku saat itu, aku semakin tak mampu menahannya, aku tergolek pasrah menanti. Dengan gerakan yang lambat dan tangan yang bergetar, aku lihat Pak Ali mulai menurunkan kain penutup terakhirku yang berwarna putih itu dari selangkanganku.Perlahan ditarik, kain itu melewati lutut dan betisku.Memang kain kecil itu sudah basah oleh air cintaku.Kini tubuhku telah terbuka seluruhnya. Dengan tangan kananku aku tutup liang kewanitaanku.Aku seakan risi jika dalam keadaan seperti ini bersama laki laki lain yang juga pembantuku itu.Pak Ali masih membiarkan kelakuanku itu.Ia beranjak turun dari pembaringan.Kain kecil itu masih dalam pegangan tangannya.Sempat aku lihat dari sudut mataku ia menciumi kain kecil itu, lalu di taruhnya di bawah lantai bersama onggokan baju dan celana piyamaku tadi. Aku berusaha menutup tubuh telanjangku dengan selimut yang masih berada di ranjangku. Kini aku sudah berada didalam selimut selain untuk menahan hawa dingin yang menusuk juga dapat menutupi tubuh telanjangku.Aku perhatikan Pak Ali sedang berusaha melepas bajunya. Mulai dari t-shirt kaos ,lalu celana panjangnya,hingga tersisa celana dalamnya saja.Aku sempat menanyakan,kenapa ia melepas bajunya.Dengan enteng, dikatakannya bahwa, ia juga ingin buka baju, masa aku saja yang telanjang.Hati kecilku berkata, jelas akan terjadi hal yang terlarang diantara kami, saat ia melepas busananya. Ia lalu menaiki ranjang dimana aku terbaring. Lalu dengan tangannya ia sibakkan selimut yang menutupi tubuh telanjangku.Dari ekor mataku aku liat alat kemaluan Pak Ali mulai bereaksi. Penutupnya yang berwarna putih kekuningan mulai tak mampu menampung dorongannya.Selimut tidak lagi menutup tubuhku.Dengan tanganku yang kiri aku tutup liang kewanitaanku.Tingkahku ini diperhatikannya.Pak Ali lalu, dibelainya payudaraku.Gerakan memilin dan meremas dengan lembut membuatku kembali terbakar birahi lagi.Aku semakin larut oleh ulahnya pada tubuh telanjangku.Tangannya yang kasar dan mulai keriput itu, mulai menjelajahi setiap titik sensitifku. Keringatku semakin bertambah banyak, bukan karena panas, namun karena gairah yang menghentak dari dalam tubuhku.Mataku aku picingkan, risi rasanya di cumbui pembantuku ini. Ia memandangi organ vitalku beberapa saat. Setelah puas bermain main di dadaku,aku ia lalu menjilat perutku yang putih dan masih rata ini.Aku menahan nafas karena bobotnya yang mengganggu ku bernafas.Aku bilang padanya.Ia lalu mengendorkan pelukannya.Kemudian aku didera rasa geli, malu, risi, juga gejolak yang mulai timbul dalam diriku.Aku tidak lagi menutupi liang kewanitaanku dengan tanganku.Kini kedua tanganku malah, memegang kepalanya.Dengusan dan rintihanku seakan minta pertolongan agar cepat di hentikan.Namun kelakuan Pak Ali tidak dapat di hentikan lagi.Kini ia dengan mudah dapat membuka kedua pahaku.Ia dengan cepat memposisikan dirinya di antara kedua pahaku.Aku sadar tadi telah diakalinya, hingga aku kurang waspada. Kini aku berusaha merapatkan pahaku,namun gagal dan terhalang tubuhnya yang tambun.Aku semakin tak kuasa melihatnya yang berada diatas tubuh telanjangku.Tanganku berusaha mendorongnya agar menjauh.Namun apalah daya ,bagi seorang wanita yang kini didera rasa, birahi,rasa yang selama ini tidak aku dapatkan dari suamiku.Kini sensasi itu membuat gerakanku melemah dan menuruti apa yang di perbuat Pak Ali. Pak Ali, mendapatkan posisi yang amat menguntungkannya.Ia dengan mudah mengekpos suluruh titik sensitif di tubuhku dengan mudah. Dia masih saja bermain main di wilayah payudaraku,hingga aku merasakan air ludahnya sudah bercampur dengan keringatku. Hampir seluruh permukaan kulitku dijilatnya dengan lidahnya.Mulai dari bahuku hingga perutku yang masih rata ini.Aku tahu ia amat memperhatikan seluruh tubuhku.Perlahan ia pun semakin turun kearah bawah perutku.Aku tahu ia ingin melakukan sesuatu disana.Aku usahakan menutupnya dengan tanganku.Dan dengan cara perlahan ia jauhkan tanganku dari liang kewanitaan yang selama ini aku jaga kebersihan dan rawat ini.Tanganku di taruhnya di bahunya.Ia lalu mendekatkan wajahnya ke organ kewanitaanku ini.Aku merasakan debar debar aneh.Ini adalah kali kedua, laki laki yang melihat organ kewanitaanku, setelah suamiku. Pak Ali lalu menciuminya.Lalu lidahnya menjulur kearah belahan liang kewanitaanku.Lidahnya masuk, dan terus masuk menyesaki rapatnya organ vitalku ini. Dengan tanpa jijik ia jejalkan lidahnya di bibir kewanitaanku.Hingga daging kecil atau klitorisku seaskan membengkak karena gesekan lidahnya yang terasa kesat di kemaluanku. Beberapa menit kemudian , aku merasakan adanya dorongan yang akan meledak di dalam tubuhku.Aku tahu aku akan mendapakan orgasme yang kedua kalinya.Aku semakin merapatkan pahaku, menahan orgasme yang datang, hingga kepala Pak Ali terjepit pahaku yang putih licin karena keringat.Aku secara eksplisit merintih dan meregang otot-ototku, mendapatkan orgasme kedua ini.Rasanya aku amat penuh.Aku semakin histeris dan kepalaku miring kekiri kekanan, juga tangannya meremasi apa yang aku pegang, aku seakan mampu merobek kain sprey yang sudah tak beraturan ini.Keringatku membasahi,jidat, leher, juga payudaraku basah oleh keringatku.Dalam gerakanku ini aku tak sadar hingga sanggup melepas kalung yang aku pakai. Juga terdengar dencingan gelang emas yang aku pakai.melewati saat saat orgasme kedua ini , aku amat histeris, mengalahkan rasa yang aku dapatkan tadi juga saat bersama suamiku. Aku memperhatikan Pak Ali, masih berada di bawah perutku.Ia masih disitu, menghisap air cintaku yang keluar dari liang kenikmatanku.Tidak ada rasa jijik yang ia perlihatkan padaku.Dari pandangan matanya padaku setelah aku kecapaiannya ini, hanya rasa bangganya karena bisa membuatku bahagia saat itu.Aku amat berhutang budi padanya, meski tidak melalui persenggamaan aku bisa mendapatkan orgasme yang amat puas.Pak Ali memperhatikan aku yang mulai lemah dengan tangan yang terbuka.Kedua kakiku juga terbuka seoalah aku sudah tak mampu menutupinya.Aku amat lemas sekali saat itu.Ia pun turun dari ranjang ku dan mengambil air minum.Setelah diminumnya air itu,lalu aku juga di berinya air .Aku memang amat haus sekali.Setelah meletakkan gelas yang ia pegang, lalu dengan handuk kecil ia lap seluruh tubuhku dengan lembut.Dengan hati hati ia lap wajahku, leher, dada, hingga kedua pahaku dan selangkangannku.Tubuhku di balikannya,punggungku juga tak luput darinya.Aku masih dalam keadaan lemah dan tak mampu menggerakan anggota badanku.Disaat ia membalikan tubuhku,ia menemukan kalung yang aku pakai dan sempat lepas tadi.Kalung itu diserahkan padaku,dengan suara serak aku minta ia memasangkannya di leherku.Aku bangun dan sambil duduk ia bantu aku memasang kalung yang lepas saat aku histeris tadi.Untunglah rantainya tidak putus.Selesai memasang kalung itu, ia lalu kembali membaringkan aku.Dan meletakan kepalaku di bantal. Kemudian ia pun membaringkan tubuhnya yang agak kurus itu di sampingku.Tangannya lalu membelai belai anak rambutku.Lalu ia membisikan sesuatu ke telingaku..Aku terbelalak, dan juga memandangnya dengan tidak suka.Aku lalu membalikkan tubuhku, seakan tidak suka akan bisikannya itu. Ia pun dengan wajah masam membantingkan kepalanya ke bantal.Kini aku rebah di kasur sambil membelakangi Pak Ali.Pak Ali pun masih berada di belakangku.Dengan jari-jarinya ia gesek-gesek punggungku yang terbuka.Sedangkan bagian pahaku aku tutup dengan selimut, sebab udara amat dingin karena hujan yang masih mengguyur,apalagi juga di daerah sini amat terkenal karena hawanya yang dingin. Perlahan bulu bulu romaku berdiri karena elusan jarinya, di bahu,tengkuk, juga punggungku yang banyak tumbuh bulu-bulu halus itu.Dengan nafasnya yang berat ia berusaha memberiku kehangatan. Hembusan nafasnya itu mampu memberiku percikan birahi lagi.Di saat aku membelakanginya, aku sempat melihat di jam di mejaku. Waktu menunjukan jam 12 tepat.Aku masih berusaha untuk menahan gejolak yang timbul karena elusan elusan halus Pak Ali.Namun semakin aku berusaha menolak gejolak itu, malah semakin menjadi jadi. Aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak terlarut oleh rangsangannya.Aku masih ingin memberikan keperawananku ini pada suamiku tercinta.Aku merasa amat teledor senja tadi, harusnya aku tidak membocorkan rahasia kamarku pada Pak Ali, bagaimanapun ia adalah orang lain yang tidak ada pertalian darah dariku.Namun mungkin karena terdesak saja .Aku semakin yakin Pak Ali juga menginginkan kegadisanku ini.Aku semakin tak punya pertimbangan lagi. Aku terdesak dan amat rapuh sebagai seorang wanita.Mengingat kebodohanku dan mudahnya aku rapuh saat ini,membuatku meneteskan air mata.Aku kembali didera rasa bersalah, rasa menyesal dan rasa berkhianat .Padahal suamiku amat percaya padaku,kini malah aku yang berkhianat.Aku lalu menangis lagi. Dalam posisi membelakangi Pak Ali yang masih berupaya merangsangku saat itu,.tangisanku didengarnya.Lalu tubuhku dibalikannya,hingga menghadap dia.Dengan pandangan mata tuanya ,ia pun berkata, jika aku tersinggung atas kata katanya tadi ya tidak usah katanya.Lalu aku jawab, tentang nasibku yang amat tidak beruntung ini padanya.Aku menangis karena memang aku lagi sedih jawab ku singkat. Pak Ali lalu mengusap ngusap dahiku dan rambutku.Aku memandang matanya, dalam bola matanya seolah terungkap bahwa ia memang ingin mendapatkan yang ia minta tadi.Namun aku telah terlanjur tidak akan memberikannya pada orang lain selain suamiku.Ia diam saja dan kini membelai belai buah dadaku yang hanya tertutup selimut.Ia masih berusaha memancing birahiku agar kembali terbakar.Aku tahu bahwa Pak Ali tidak ingin melakukan pemaksaan padaku,selain ia sadar pada posisinya yang telah dianggap saudara oleh ayahku itu.Tidak lama memang, aku kembali terbakar.Mukaku memerah menahan gejolak itu.Aku tahu aku tak akan mampu bertahan sebegitu lama , jika terus terusan di rangsang seperti ini.Dengan rasa kesal aku lengoskan wajahku dari pandangannya yang mulai tersenyum karena merasa menang.Aku sebal dengan kelakuannya yang mulai susah aku kontrol. Ia kini seakan merasa berhak atas tubuhku.Aku berusaha membalikan tubuhku untuk menegaskan padanya untuk jangan me rangsangku lagi, namun aku tak mampu.Tangannya yang kiri terus turun menuju liang kewanitaanku.Aku berusaha merapatkannya kedua kakiku.Tapi jarinya tetap berusaha masuk dan mencari klitorisku.Aku sesenggukan menahan bisikan dari dalam dadaku.Aku yang tadinya merasa Pak Ali adalah orang yang tepat untuk menumpahkan uneg-uneg kini malah memanfaatkan kelemahanku. Lalu perlahan gerakanku yang merapatkan kakiku semakin tak bisa aku pertahankan.Menerima rangsangan di pusat kewanitaanku ini, aku tanpa sadar melemah dan kaki ku semakin terbuka.Dan tanpa aku ketahui Pak Ali melepaskan celana dalamnya yang mulai kusam itu.Ia lalu memposisikan dirinya di antara kakiku yang terbuka ini.Aku kaget, karena sempat merasakan otot kemaluannya yang mulai keras dan hangat tersentuh perutku.Dengan sigap ia telah berada diatas tubuhku. Aku mulai sadar,bahwa tidak lama lagi aku akan jatuh kedalam keinginan Pak Ali.Aku semakin bingung memikirkan yang akan menimpaku.Aku semakin takut jika saja ia memperkosa dan membunuhku saat itu.Aku kini sudah tak mampu berpikiran normal.Aku tahu yang diingini Pak Ali. Tangisku kembali meledak,aku seakan tak mampu bertahan dari serangan nafsu dan birahi yang ia hamparkan kepadaku.Kini hanya tangislah sebagai pelampiasanku.Aku lalu memandangi matanya yang mulai memerah karena nafsu.Tampak ia amat ingin sekali.Dalam sesengukan tangisku itu, aku usahan untuk melepas kan cincin kawin yang kukenakan.Sempat terbayang didiriku saat saat Bang Ardi suamiku memasangkannya di jariku di depan penghulu dulu.Aku merasa bersalah kepadanya, cincin ini adalah lambang cinta kami dan simbol ikatan aku dan suami.Aku merasa tak lagi mampu menahan ancaman yang akan merobohkan tiang perkawinan kami.Kini aku lepas cincin itu, dengan harapan aku tidak terlalu didera rasa bersalah yang amat dalam.Dalam lelehan air mata dan sesengukan tangis , cincin itu aku letakan di meja kecil samping ranjangku.Biarlah cincin itu seolah menyaksikan penyelewenganku saat ini.Dengan pandangan heran Pak Ali memperhatikan tingkahku itu. Kini semakin aku tahu, bahwa Pak Ali bukanlah orang baik-baik, sebab di saat aku melepas cincin itu tak ada upayanya untuk membatalkan niatnya padaku. Malah aku lihat ada kilatan rasa bangganya saat itu.Biasanya kalau orang baik baik akan tersentuh hatinya melihat tindakanku itu.Berarti selama ini hanya kebohongan saja jadi orang baik baik, namun mempunyai maksud maksud tertentu. Setelah meletakkan cincin itu, aku memandangnya dengan pandangan sinis dan marah. Dia masih berada di atas tubuhku saat itu.Aku lalu tidak lagi memandangnya.Kini tubuhku serasa kaku dan aku sudah pasrah akan apa yang terjadi pada tubuhku ini.Melihat aku melengoskan wajah dari pandangannya, malah Pak Ali semakin berupaya merangsangku. Oh , alangkah tidak tahu dirinya orangtua ini, bisik hatiku. Rupanya kebaikan orangtuaku selama ini telah dikhianatinya.

Back to posts
Comments:

Post a comment